Foto yang diambil di pelabuhan Doka, Trangan, Kepulauan Aru, pada tahun 1920 ini menampilkan suasana kehidupan pesisir yang dinamis. Selain warga lokal, dua perempuan Tionghoa berpakaian tradisional menjadi fokus utama dalam potret tersebut. Mereka bukan sekadar figur dalam dokumentasi kolonial, melainkan bagian penting dari jaringan sosial dan ekonomi yang menghubungkan Aru dengan dunia luar.
Komunitas Tionghoa di Aru, sebagian besar keturunan Hokkian, telah lama berperan dalam perdagangan maritim kawasan timur Nusantara, terutama setelah pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Aru pada tahun 1806. Melalui aktivitas niaga seperti perdagangan mutiara dan cenderawasih, mereka turut membentuk lanskap sosial-ekonomi setempat.
Di balik senyum dan pakaian khas para perempuan dalam foto ini, tersimpan kisah tentang ketahanan dan peran aktif masyarakat Tionghoa dalam menjembatani interaksi antara budaya lokal dan jaringan dagang internasional di awal abad ke-20.




